“ cinta sehari hariku di
kakus desa “
Kamu ada di kakus desa
Kamu ada di sego pecel
saurku
Tapi kenapa enggan
lengket di hati
Senyummu mencuci mulutku
Gelamut gelamut absurd
Bolehkah bibirku
mengikuti bayang wajahmu
Hei, gadis antrian kakus
desa
7 pagi 7 senja mengintip
pojok kakus
Tak nampak bibir
nunggingmu
7 malam 7 fajar sejaran
goyang gilaku
Tak jua namamu kukantongi
Cubalah mengerti
Ada surga di sudut
bibirmu
Saat kau menahan inginmu
untuk ....
Hei, gadis antrian kakus
desa
Sampai kapan ? kau tak
jadi milikku ?!?
Cubalah untuk mengerti
Rasaku lebih gesit dari
isi empang yang kau beri makan
Jangan seperti “ FATIN “
yang lebih memilih setia
Cubalah aku “ tak suka dikembalikan “
Hei, gadis antrian kakus
desa
Satu puisi saja pasti tak
kau terima
Pastinya tak guna satu
apa
Andai saja tau mana rumah
ibumu
Kubawakan segepok pete
dan sebungkus trasi
Pasti, sambil petan kita pacaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar