“Putri salsabillah”
Dengan apa memuji cinta
Belaimu tak seindah tatapan Hawa
Selautan air tak kan purna
Gantikan sejuk lantunmu
Sampai kini kenangkan hati
Bila syurga istana Allah
Kau pelantun Qur’an kekasihnya
Sedang aku kurir pelepas dahagamu
Kini kau pergi karena dia
Kemana kuhantar kesejukan ini
Akankah kering tak bermakna
Sampaikah masa kau kembali
Ataukah ku dilanda getir
Tangis berbalur pedih
Lekas kau rengkuhi
Rasa ini tak sejauh pandang mata
Hanya sejenak embun pagi
Setia ikrarkan indahmu
Dimata surya dibibir dunia
ANGANKU
Celah-celah hati menerawang
Dalam dinginnya angin malam
Yang merindukan kehanggatan
Rintikan hujan
Yang tak kunjung reda
Terpesona diri menatapmu
Penuh dengan rasa yang tak menentu
Kau pujaan hati
Yang kuingin selalu bertemu
Namun sedikitpun tak terlihat dimata
Esok terulang menuju malam
Malam tiba membawa rindu
Kau yang selalu membayang
Ku tak pernah tahu akan rasa ini
Hanya engkau dambaan hati
Hanya DIALAH
Yang tahu rasa di hati ini
Z@EN. KylonE Mz Hum.
“KITA”
Kita
Kata yang terlambat terjadi
Cinta
Biar jadi rahsia
Aku
Ingin mimpi tanpa tangis
Sedang
Tak bias jalan dihadap
Dapatkah kau
Tapaki gelap, samaku?
“KEJUJURAN CINTA”
Cinta itu…
Sejenak titipan kasih ILLAHI
KaruniaNYA sudah cukup
Jika engkau kekasihku semua kekasihku
SimpulanNYA sudah cukup
Adamu adalah adaku
Nisan bukanlah batasan rasa
Sapanya mula tak berujung
Jujur hati padamu
Engkau cinta ketiga saat ini
Tapi tak kuasa
Cumbui Sang Pencipta
Juga dua insan yang karyakanku
Inna As Aluka Billah
Habibul Salih
Dengan menyebut nama ALLAH
Jadilah kekasih Salehah
“HATI DALAM PURI”
Pada embun parasmu tertata
Anggun belai jiwa-jiwa garang
Bahari langit rangkai rindu
Meregang antara buih-buih ombak
Masih tak dapat mengerti
Mengapa rindu lekati bahasa alam
Ingin meregang rindu tanpa tangis
Namun angin sematkan kenangan
Sampai kini hadirkan cinta padamu
Takdir
Terlahir dengan kasih
Menatap dunia dengan cahya
Hanya terjamah hawa
Kala itu tak terbesit sabda
Tak berpesan pada siapa bercumbu
Hanya hati jadi damba
Terhuyung belai kasih
Menatap cinta tanpa mata
Hanya tergoda bayang
Saat ini tak terpilih rasa
Tiada pinta tuk cintaimu
Hanya hati yang berkata
Tak ingin membujuk rayu
Kala kau dalihkan rasa
Hanya pinta pelipur lara
Love belonging
Bismillahirrohmanirrohhim
Inna as aluka billlah
Alladzi kholakhoni fahuwayahdiin
Habibul salih
Dengan menyebut nama Allah
maha berkasih sayang
Wahai sahabat setiaku
Sesungguh aku memintamu
Yang ciptakanku
Maka Dia beriku petunjuk
Jadilah kekasih yang salehah
Entah pada siapa!
Kusuma hati
Ini malam hati menjelma
Kian rindui yang tiada
Menatap debur berbuih
Dengan mimpi yang merintih
Makin terjaga oleh rasa kepadanya
Dimana batin ini nyata
Tersungkur atas yang ada
Tak ingin dia ternoda
Selayak putri dewi
Terbalur mega
Beriring lambai camar
Sucian putri salsabillah
Lilly putih
Lilly putih
Ku merintih kala sejengkal menjauh
Ku meninggi kala satapak mendekat
Ku musuhi apa yang ada
Ku paling apa yang harus kurasa
Lilly putih
Mengapa kau sejuta rona
Mengapa kau tebar wangian
Lilly putih
Mengapa langit tetap disana
Mengapa bumi tetap merasa
Lilly putih
Kapan turun embun memutih
Dengan secarik lembayun
Cerita buat Anita
Ini kali bukan mengail cinta
Hanya tak daya kasih berlinang
Sebenar hati seringai tangis
Pautan kasih setiang temali
Harusku padanya melaut sudah
Musti perahuku merapuh luruh
Itu memang surah hidupku
Sebenar hati tololkan diri
Tiada bias berpeluh cumbu
Seka rasa meski membelai
Tapi buritan bukan kemudi
Ya Rob
Tiga tahun jelajah nanar
Hati reguk simbah mata
Kebekuan kian lalu
Dentingan ini berkisaran
Tertata satu makna tuk tapaki
Namun likuan hari taklukkan diri
Begitu terlimpah duri
Adakah taman tanpa duri
Jika tiada inikah surah takdir
Detikan waktu kekang batin
Padamu Anita
Tak kuasa pintai pelangi
Karna tiada singgah
Walau langit semerbak , rintik terkarya
Hanya penguasa rembulan
Titik daya kuhaturkan
Tuk rasapi pelangi di langit
Ini akhir dari upaya
Maafi bila ternyata salah
Namun kau jadi canduku
Jika penguasa rembulan perkenankan
Mungkin pelangi kan singgah
Maka sempurna taman langit
Kau megaku
Apa rasa yang kau punya
Sua kita baru sekedip
Tiga rembulan lalu
Aku menggigil hati
Berkali dihadap mata tetapku geletar diri
Kau megakan hati
Kian kali Bayangmu panggilku
Rindu ini merintih gunung
Namun terpendar tebing
Kau megakan hati
Lekas dekapi hatiku
Kuterburu guruh rasa
Anita widiyanti
Nita
Ingin jadi tahi lalat di bibirmu
Tanpa mata juga telinga
Agar tuli juga buta
Pada harimu di rengkuhan yang lain
Nita
Ingin jadi tahi lalat di bibirmu
Hingga dapati hangat kasihmu
Tanpa sepenggal jeda
Nita
Ingin jadi tahi lalat di bibirmu
Hingga kau mati terkubur
Meski kau telah mati
Tetap dapati hangatmu
Sampai bibirmu dilumat belatung
Rasaku
Rasai hadirmu
Hadirmu kini tepihkanku
Apapun itu tiada apa
Rasai hadirmu
Hadirmu tak bersentuh tabir
Hanya harum menyeruak
Rasai hadirmu
Memerah senyuman bibirmu
Tanpa guntaian cemas
Rasai hadirmu
Meski tanganku terkatup
Yakin akan rasamu yang merekah
Sekejap mata
Terpana sekejap mata
Nyata kuasa ILLahi
Dia begitu indah dicintai nafsu
Terlalu manis digoda hasrat
Dalam sapamu ada sadur
Jelmakan penantian rasa
Dari taman dalam jiwa
Gadis, kan kudatangi panggilmu
Meski nisan yang kau pinta
Renda renda di bibir
Didasar sungai mungil
Ragui debu dimata
Kau meninggi namun bunga di kaki
Kau fitnah pelangi dibinarmu
Di sudut bibirmu temui damai
Kala sapamu sua dunia
Kulihat renda embun di bibir
Bergelayut di tepian bibirmu
Musti semai jujur padamu
Bibirmu tarikan indah lukisan
Sisipkan sejuk angin
Menari cundangi nyanyian camar
Senyummu sisakan cerita kita
Ibu mahasiwa
Pagi ini
Jelasi tentuanNYA
Mahasiswa
Apa yang mereka cari
Berdebat suatu yang gamang
Disela yang lain
Ibu penguasa syurga
Membungkuk antar dengus
Bongkah batu tindih mereka
Ini perbedaan
Karyakan rasa yang berperasaan
Dimana malu kita
Pada ibu yang disana
Dari kawan
Bilaku bintang rembulan
Tak kenankan lirik mega
Tak kerlingkan kunang disana
Berita dari kawan
Terlalu sumbang
Tak dapatku…
8.20
Delapan dua puluh
Punguti kebenaran
Masih sebilah bertabir
Tapiku habis fikif
Dia sentuhkan duri mengasap hambar
Kuraba smakin bara
Terasing oleh restumu
Laut berapi
Masih teringat debur terbatas karang
Bakau terhisap ombak hangat terbakar laut
Jejal meraba tertembus bara
Masih teringat terpaku nadi
Parangtritis barakan fikir
4.30
Nduth
Mengapa terlambat
Sedang terik mengintaimu
Hampir jenuh gagahi
Mengapa terjadi
Sedang mega dapati kerlingmu
Nduth
Mengapa kau tetap datang
Sedang kau gerhanakan rasaku
Nduth
Apa sebenar terjadi
Hingga cincin tetapkan setia tak berbalas
Jogja berlinang
Pagi itu hati berdebur tertatih cari parasmu
Tapi hanya tercabik adamu
Di bawah binarmu lebam hitam
Seka air mata masih luka
Tlah gubahku selayak iblis
Stupa saksi amarahmu tindih rasa kian meninggi
Matahari tangiskan diri pada jejalmu yang menerpa
Dia adaku
Sepenuh purnama dijemari
Melirik senyuman
Candamu kian menggergah
Tergopoh sayup angin mengalun tanpa belai
Pada karya mimik nyata
Tak kuasa lepasi diri
Makinku jera jauhi karna dia adaku
Tiada pernah sakitiku
Gadis
Pagi ini meradang girang
Nanti senja kan bersua
Tanpa tapak juga nyawa
Apalah jadinya nanti
Hanya waktu jadi tentuan
Gadis
Ajari....!
Hidup antar rasamu
Bahgiakan hati yang mengembara
B B B-DAY
Kiasi setapak kita
Tertata terhimpit makna
Likuan hari kian sempit
Masih retak berbuih
Dunia kita
Raka bertabir daus
Detikan berdenting
Nyawa mulai terkikis
Adakah wajib masih haus
Hari jelang prasastimu
Usir poramu
Masihkah debu di hati
Jiwa mungkin dah jenuh
Likuilah harimu padaNya
Hope
Meniti kasih
Adakan hati yang memutih
Sucikan diri antar derita
Dendangkan luka mulai mengikis
Bingkai kalbu
Abadikan rasa
Indahkan pilu yang kureguk
Teguhkan hati juntai Illahi
Lelehkan ragu yang terasa
Mungkinkah kan kembali
Tangkai kasih yang dulu patah
Akankah kan semi kembali
Mauku
Kau Tanya mauku
Hanya Satu
Kata serupa
Kadang ingin kau mati
Nisanmu di dada
Berkasih selamanya
Sendiri bersama kenanganmu
Dari itu
Kudapati setiamu
Tak kan ragu cintamu
Cuman kaulah
Taukah kau
Rasa ini benar padamu
Dapatkah kau
Terima ini benar adaku
Sedang cermin pecahkan parasku
Salahkahku
Ingin benar senyum hatimu
Sedang hatiku membusuk
Inilah aku
Setitik tahi kupu di taman
Begitu tersapa namun terlupa
Titah senyuman
Titah senyum manismu
Di hangat mentari
Hasratkan hati nanti lakumu
Senyuman itu tak kan terlantar
Karna seindah tari biduan
Dan parasmu terlalu sempurna
Meski tuk dijamah penjaga firdaus
Bukan mencacimu
Tapi kala resapi parasmu
Begitu nikmat terimpikan
Kuukir prasasti rasa ini
Rindui inginmu padaku
Saat rintik hujan cumbui tulang ini
Bersimpuhpun kujalani
Tak sekulit ari kuingkari
Tersirat jeda sebelum titik
Takdir ataukah coinsiden semata
Tanda seru habis pertemukan kita
Tapal bintang sematkan kisah
Tanya tertulis dicarikan
Apakah tambah jeda dalam kalimat
Atau sama kata sesaat
Dalam kurung yang tertulis
Dan tabulasi kata bermakna
Ada garing dalam kalimat opsis
….yang belum tertulis
Lenyap dalam hitungan
Jarak kita masih jauh
Itu jeda yang harus kita kais
Sebelum titik sama persis
Tersirat jeda sebelum titik
Harus kita maknai
Bukan kita tata tanpa akhir
Jeda ini jadi titik balik
Lafal doa
Sesekali angan mainkan batin
Mengalir deru di sendian
Memipih dalam jejari waktu
Sematkan bayangmu
Nurrillah
Engkau menerjang kala binar terlelap
Saat binar bermesta alam
Nurmu bertangkupan
Tumpuri diri pada fana nan abadi
Harimu yang lalu
Sisir debu jejal kelu
Muarai sayangmu pada binar
Kini tubuhmu menyerpih
Pelukanmu kian menggigih
Sepanjang beranda penuh kasih
Nurrillah
Keharuan ijabahi rindu
Mengarak biduk rembulan
Ingin kurona bias syurga
Agar damaimu tanpa jeda
Pacitan
Menapak celah lembayun
Menepih gelayut angin
Penat membukit batu
Nyata seberkas risalah
Lirik mentari geram rembulan
Merasuk cumbui sukma
Seiring lantunan ombak
Terkarya cahya hati
Di sudut bibir tarian kasih
Demi waktu sesaat
Secarik senyuman tersirat
Dari kemurnian jiwa
Hening malam nyanyikan damai
Haruskah terkubur percuma
Ataukah terjenjang tebing pantai
Gadis bendi roda kaki
Terbata dunia kala senja gerai pekatnya
Hitam pula arang di dada
Nit, kutergirang tari bibirmu
Terngiang dengus lirihmu seiring tari tahi lalatmu
Di sudut megah bibirmu
Namun kala kutilih gadis
Dari bendi roda kaki
Tiada semanis dirimu meski bertahi lalat
Di ujung lekuk bulu matanya
Adamu dimana
Adakah kausulih jeda rindu ini
“RINDU TERSAYAT”
Puaskah bayang
Semalam berpora pesta
Dinding batu masih bergetaran tangis
Cahaya rembulan terjebak wajahmu
“BB B-DAY”
Kiasi setapak ini
Tertata terhimpit makna
Likuan hari kian sempit
Masih!
Retak berbuih duka
Dunia raka bertabir daus
Detikan berdentik
Nyawa mulai terkikis
Adakah wajib masih haus
Hari jelang prasastimu
Usir pora pesta
Sedang jiwa jenuh pada debu dihati
Likualah harimu padaNYA!